エピソード

  • “Menikmati Seni dengan Sederhana: Permainan Mencari Persamaan” oleh Yoga Palwaguna
    2022/09/19
    Yoga Palwaguna mengatasi ketakutannya tidak memahami narasi pameran dengan sebuah permainan sederhana. Ia mengaitkan hal-hal yang dilihatnya di galeri seni dengan memori dan benda yang familiar baginya. Dalam pameran ‘Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak’, karya Rustamadji yang berjudul Pohon Nangka mengingatkannya pada pohon milik neneknya. Deretan perempuan dalam patung Solidaritas III karya Dolorosa Sinaga ia kaitkan dengan kolega-kolega perempuannya di pabrik tekstil. Berkat permainan ciptaannya, ia merasa terhubung dengan galeri dan isinya—yang kini tak lagi terasa asing.
    続きを読む 一部表示
    9 分
  • “Jejak Rumah yang Kalah dalam Nyala Kotak Lampu” oleh Yoga Palwaguna
    2022/09/12
    Yoga Palwaguna teringat rumahnya di Ciwidey, Jawa Barat, saat memasuki satu pojok pameran ‘Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak’. Lama ia merenungi Traces of Home, seri karya fotografi Ary “Jimged” Sendy yang mendokumentasikan penggusuran rumah-rumah di area Jakarta Timur atas nama pembangunan Banjir Kanal Timur. Ia berupaya masuk ke realitas penghuni rumah yang kediamannya diganyang ekskavator, sambil mengingat jerih-payah orang tuanya untuk memiliki rumah sendiri. Kepentingan siapa yang dibela, dan siapa yang diabaikan di sini?
    続きを読む 一部表示
    6 分
  • “Lorong Waktu sebuah Lukisan” oleh Shaula Felicia
    2022/09/05
    Shaula Felicia bertemu kembali dengan lukisan Kakak Adik karya Basuki Abdullah yang pernah ia jumpai di Galeri Nasional Indonesia dalam karyawisata SMA-nya. Pertemuan kedua ini membuatnya merefleksikan berbagai hubungan dalam keluarganya, yang dikontraskan dengan karya yang ditampilkan di dekat Kakak Adik, yaitu Father and Daughter karya Bui Suoi Hua dan Kucing karya Damas Mangku.
    続きを読む 一部表示
    7 分
  • “A Seat at the Table” by Sabrina Citra
    2022/08/30
    Sabrina Citra goes back in time to revisit different histories within the exhibition of Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak from the perspective of a table. She looks back at the birth of Indonesia as a nation through an image of Edhi Sunarso’s Sumpah Pemuda diorama. The table on the spotlight then moves to that on Tisna Sanjaya and Belkis Ayon Manso’s works. Which seat at the table would you choose to sit on?
    続きを読む 一部表示
    7 分
  • “Yang Terlupakan” oleh Ramjaneo Chery Pasopati
    2022/08/22
    Ramjaneo Chery Pasopati menjelma suara dari area ruang pameran ‘Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak’. Dalam peran tak berwujud ini, ia bisa dengan leluasa memperhatikan perilaku pengunjung pameran, juga menjadi saksi berbagai kejadian—yang mengesankan, pun yang mengesalkan. Di bagian lain, ia merenungi nasib dirinya yang hadir, tapi mudah terlupakan karena tidak terlihat.
    続きを読む 一部表示
    9 分
  • “Mengenal Siti Ruliyati” oleh Ibrahim Soetomo
    2022/08/15
    Ibrahim Soetomo mengamati gambar-gambar pensil Siti Ruliyati mengenai pemandangan yang sedang dilihatnya pada waktu tertentu. Ciri khas Ruliyati yang dibahas dalam episode ini adalah kesetiaannya menggambarkan kehidupan rakyat dalam karya-karyanya—di manapun ia berada, termasuk di dalam taksi yang melaju.
    続きを読む 一部表示
    8 分
  • “Mengenal Rusli” oleh Ibrahim Soetomo
    2022/08/08
    Ibrahim Soetomo menjelajahi kehidupan seniman Rusli lewat lukisan Bunga (1956). Dari garis-garis Rusli, Ibrahim menilik masa-masa Rusli belajar seni rupa di Santiniketan, India, hingga keterlibatannya dalam berbagai disiplin seni yang membentuk identitas keseniannya.
    続きを読む 一部表示
    8 分
  • “Yang Setia Tidak Akan Membiarkan, Para Sekutu Bercerita” oleh Fiezu Himmah
    2022/08/01
    Fiezu Himmah merenungkan arti kesetiakawanan melalui karya Dolorosa Sinaga, Solidaritas III (2000) dalam pameran ‘Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak’. Ia menyadari bahwa setiap karya seni memberi ruang bagi penikmatnya untuk berimajinasi dan menginterpretasikan apa yang mereka lihat dan rasakan setelahnya.
    続きを読む 一部表示
    10 分